Kita ga pernah tahu misteri kehidupan akan membawa jalan kita kemana arahnya. Bisa jadi sekarang kita nyaman dengan sesuatu hal lalu kemudian esok akan benci dengan hal tersebut. Atau mungkin sebaliknya. Yang pada intinya kita akan sulit menebak dengan pasti perubahan alur kehidupan ini. Mempunyai firasat, ya bisa jadi. Mempunyai gambaran, tentu saja, tetapi tak selalu 100% benar.
Untuk kehidupanku, celetukan yang keluar dari mulut ini lah yang sering menjadi pewarna dalam kisahku. Justru apa yang ku prediksi sekilas yang tetiba jadi nyata.
Hal simpel aja waktu aku nyeletuk sama dosenku, Pak Ganef. Bapak gahoels yang enak cara ngajarnya pun banyak ilmunya. Dia bilang kalau sampe nanti pas sidang ketemu aku, bakalan diangkat kertas sidangku dibuka-buka halaman secara acak terus dia mau bilang "Apa-apaan nih skripsi. Gue ga ngerti. Udah lu revisi aja". Aku cuma senyam-senyum aja kan. Aku jawab, "Terserah lu aja dah Pak. Pasrah gue kalau lu yang nyidang." Dan tadaaaa! Dia jadi pemimpin sidang aku. Terus dia beneran ngomong kata-kata itu dong. Saat itu aku beneran pasrah banget. Habis mau gimana lagi. Tapi hikmahnya aku ga ada revisi dong setelah sidang :) hihi. Thanks Pak Ganef.
Ada lagi dulu pernah ngobrol-ngobrol sama anak kelas. Topiknya mau kerja dimana. Lalu aku inget selalu bilang : "Kalau kerja di hotel, aku takut. Ga banyak tau juga. Mending di bakery aja. Atau buka toko kue bareng mama." Sepertinya saat aku bilang itu, malaikat mengaminkan kata-kataku. Soalnya, tepat seminggu lalu aku resmi jadi bagian bakery Pane Del Giorno. Sejauh ini aku nyaman dan suka banget sama kerjaanku. Rekan kerjanya baik, salah satunya malah sahabat karib di kampus, namanya Robiatul Adawiyah alias Wiwi. Dulu juga pernah tuh nyeletuk kita akan kerja bareng. Eh sekarang beneran deh hihi :')
Kayaknya setelah ini harus hati-hati dan ucap yang baik-baik aja. Benar kata orang yang bilang "Ucapan itu adalah doa". Selamat siang :)

Is it my turn? I said is it my turn?
Ketika semua hal begitu berbalik. Senyumku yang mulai sering menghiasi hari. Kepercayaanku yang mulai terbangun. Aku hanya perlu menyakinkan diri bahwa ini semua untukku.
Benarkah ini untukku? Dirancang dan ditakdirkan untukku.
Aku bertahan dengan ikut merasakan kebahagiaan orang lain agar diriku juga bahagia. Saat ini aku bahagia dengan jalanku sendiri. Aku memang ingin bahagiaku, yang dirancang dan ditakdirkan untukku. Egoiskah?